Leon Trotsky (30 Oktober 1937)
Disalin dari: https://www.marxists.org/indonesia/archive/trotsky/1937-90TahunManifestoKomunis.htm
Sungguh sulit dipercaya kalau 10 tahun lagi Manifesto Partai Komunis akan berumur 100 tahun! Pamflet tersebut, yang menunjukkan kejeniusan yang lebih besar daripada sosok manapun di dunia literatur, bahkan masih mengejutkan kita hari ini dengan kesegarannya. Bagian-bagian terpenting dari pamflet tersebut seakan-akan ditulis kemarin. Jelas sekali, para penulisnya yang muda (Marx berumur 29 tahun, Engels berumur 27 tahun) mampu melihat lebih jauh ke depan dibandingkan siapa pun sebelum mereka, dan mungkin siapa pun setelah mereka.
Semenjak pendahuluan yang mereka tulis bersama untuk edisi tahun 1872, Marx dan Engels menyatakan bahwa kendati beberapa kalimat sekunder di dalam Manifesto telah menjadi kuno, mereka merasa mereka tidak punya lagi hak untuk mengubah teks ini karena Manifesto Komunis telah menjadi sebuah dokumen bersejarah, selama periode 25 tahun semenjak diterbitkannya. Enam puluh lima tahun telah berlalu sejak itu. Sejumlah kalimat di dalam Manifesto telah surut bahkan lebih jauh lagi ke masa lalu. Kita akan mencoba menjabarkan secara singkat di dalam pendahuluan ini gagasan-gagasan di dalam Manifesto Komunis yang masih memiliki kekuatan penuhnya hari ini dan gagasan-gagasan yang membutuhkan perubahan penting atau penekanan.
1. Konsepsi materialis atas sejarah, yang ditemukan oleh Marx dan digunakan dengan sangat berhasil di dalam Manifesto Komunis, telah sepenuhnya teruji oleh peristiwa-peristiwa dan berhasil menahan pukulan-pukulan kritik yang keras. Hari ini ia adalah salah satu instrumen pemikiran manusia yang paling berharga. Semua interpretasi proses sejarah lain telah kehilangan semua makna ilmiahnya. Kita dapat menyatakan dengan kepastian bahwa di masa sekarang kita tidak akan bisa menjadi seorang militan revolusioner, atau bahkan seorang pengamat politik yang handal, tanpa menyerap interpretasi materialis atas sejarah.
2. Bab pertama dari Manifesto Komunis dibuka dengan kalimat berikut ini: “Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas.” Postulat ini, kesimpulan terpenting yang ditarik dari interpretasi materialis atas sejarah, segera menjadi sebuah isu di dalam perjuangan kelas. Orang-orang munafik yang reaksioner, para doktriner liberal, dan para demokrat idealis segera melemparkan serangan-serangan yang penuh racun ke teori ini, yakni teori yang membantah pemahaman lama yang mengatakan bahwa kekuatan pendorong sejarah adalah perjuangan kepentingan-kepentingan material untuk “kesejahteraan bersama”, “persatuan nasional”, dan “kebenaran moral yang abadi”. Mereka kemudian diikuti oleh rekrut-rekrut baru dari jajaran gerakan buruh itu sendiri, oleh kaum revisionis, yakni orang-orang yang ingin mengkaji (“mengubah”) Marxisme dalam semangat kolaborasi kelas dan konsiliasi kelas. Akhirnya, di masa kita sendiri, jalan yang sama telah diikuti dalam prakteknya oleh para epigon terkutuk dari Komunis Internasional[1] (kaum “Stalinis”): kebijakan Front Rakyat atau Front Popular[2] mengalir sepenuhnya dari penyangkalan terhadap hukum-hukum perjuangan kelas. Sementara, epos imperialisme, yang membawa semua kontradiksi-kontradiksi sosial ke tensi tertingginya, justru adalah fakta yang memberikan Manifesto Komunis kejayaan teoritisnya yang tertinggi.
3. Anatomi kapitalisme, sebagai sebuah tahapan tertentu dalam perkembangan ekonomi masyarakat, dijelaskan sepenuhnya oleh Marx dalam Kapital (1867). Tetapi bahkan di dalam Manifesto Komunis garis-garis utama dari analisa Kapital sudah terpatri dengan tegas: pembayaran kemampuan kerja (labour power) yang sesuai dengan biaya produksinya; apropriasi nilai surplus oleh kaum kapitalis; kompetisi sebagai hukum dasar relasi-relasi sosial; kehancuran kelas-kelas menengah, yakni kelas borjuis kecil perkotaan dan kaum tani; konsentrasi kekayaan di tangan segelintir pemilik properti yang semakin kecil jumlahnya, di satu kutub, dan pertumbuhan kaum proletariat dalam jumlah, di kutub yang lain; persiapan prakondisi-prakondisi material dan politik untuk rejim sosialis.
4. Proposisi di dalam Manifesto Komunis yang mengatakan bahwa kapitalisme cenderung menurunkan taraf hidup kaum buruh, dan bahkan mengubahnya menjadi fakir miskin, telah diserang habis-habisan. Para pendeta, para profesor, para jurnalis, para teoretikus Sosial Demokratik, dan para pemimpin serikat buruh menentang apa-yang-disebut “teori pemiskinan”. Mereka selalu menemukan tanda-tanda adanya peningkatan kesejahteraan rakyat pekerja, dengan mencampur aduk buruh aristokrat dan proletariat, atau melihat tendensi sementara sebagai sesuatu yang permanen. Sementara, bahkan perkembangan kapitalisme yang paing kuat di dunia, yakni kapitalisme Amerika Serikat, telah mengubah jutaan buruh menjadi fakir miskin yang dihidupi oleh bantuan sosial dari pemerintahan federal dan pemerintahan kota, atau derma pribadi.
5. Bertentangan dengan Manifesto Komunis, yang menggambarkan krisis-krisis komersial dan industrial sebagai serangkaian bencana yang semakin hari menjadi semakin ekstensif, kaum revisionis bersumpah bahwa perkembangan trust-trust[3] akan menjamin kontrol terhadap pasar, dan perlahan-lahan akan mengarah pada penghilangan krisis. Akhir abad yang lalu dan awal dari abad sekarang ini pada kenyataannya ditandai oleh sebuah perkembangan kapitalisme yang begitu kuat sehingga membuat krisis-krisis tampak seperti kemacetan “aksidental”. Tetapi epos ini telah berlalu dan tidak akan kembali lagi. Pada analisa terakhir, kebenaran ternyata ada di sisi Marx dalam masalah ini juga.
6. “Badan eksekutif negara modern tidak lain adalah sebuah komite untuk mengelola urusan-urusan bersama seluruh kaum borjuasi.” Formula yang ringkas ini, yang dilihat oleh para pemimpin Sosial Demokrasi sebagai sebuah paradoks jurnalistik, mengandung satu-satunya teori ilmiah mengenai negara. Demokrasi yang dibangun oleh kaum borjuasi bukanlah, seperti pikir Bernstein dan Kautsky, sebuah karung kosong yang bisa diisi dengan konten kelas apa pun. Demokrasi borjuis hanya dapat melayani kelas borjuasi. Sebuah pemerintahan “Front Rakyat”, entah itu dipimpin oleh Blum[4] atau Chautemps[5], Caballero[6] atau Negrin[7], hanyalah “sebuah komite untuk mengelola masalah-masalah bersama seluruh kaum borjuasi.” Bila “komite” ini tidak becus mengelola, kaum borjuasi akan memecatnya.
7. “Setiap perjuangan kelas adalah perjuangan politik.” “Mengorganisasi kaum proletariat sebagai sebuah kelas [adalah] sebagai konsekuensinya mengorganisasinya ke dalam sebuah partai politik.” Aktivis serikat buruh, di satu pihak, dan kaum anarko-sindikalis, di pihak lain, sejak lama telah menjauhi – dan bahkan sekarang mencoba menjauhi – pemahaman akan hukum historis ini. Serikat-buruhisme “murni” sekarang telah menderita sebuah pukulan yang meremukkan di tempat perlindungan utamanya: Amerika Serikat. Anarko-sindikalisme telah menderita kekalahan telak di benteng pertahanan terakhirnya – Spanyol. Di sini juga Manifesto terbukti benar
8. Kaum proletariat tidak dapat merebut kekuasaan di dalam kerangka legalitas yang dibentuk oleh kaum borjuasi. “Kaum Komunis menyatakan secara terbuka bahwa cita-cita mereka hanya bisa dicapai dengan penumbangan paksa terhadap semua kondisi-kondisi sosial yang ada.” Reformisme mencoba menjelaskan postulat dari Manifesto Komunis ini dengan alasan bahwa gerakan pada saat itu belumlah matang, dan demokrasi masih belum berkembang secara memadai. Nasib Italia, Jerman dan banyak negeri “demokrasi” lainnya membuktikan bahwa “ketidakmatangan” adalah ciri-ciri unik dari gagasan reformis itu sendiri.
9. Untuk membentuk masyarakat sosialis, kelas buruh harus mengonsentrasikan ke dalam tangannya sebuah kekuatan yang demikian besar sehingga mampu meremukkan semua rintangan politik yang menghalangi jalannya ke sistem yang baru itu. “Kelas proletariat yang terorganisir sebagai kelas penguasa” – inilah kediktatoran. Pada saat yang sama ini adalah satu-satunya demokrasi proletarian yang sejati. Cakupan dan kedalaman dari demokrasi proletarian ini bergantung pada kondisi-kondisi historis yang konkret. Semakin banyak negara yang mengambil jalan revolusi sosialis, maka semakin bebas dan semakin fleksibel bentuk yang akan diambil oleh kediktatoran proletariat ini, dan semakin luas dan dalam demokrasi buruh ini.
10. Perkembangan internasional dari kapitalisme telah mengkodratkan karakter internasional dari revolusi proletarian. “Aksi yang tersatukan, dari negeri-negeri beradab yang terutama setidaknya, adalah salah satu prakondisi untuk emansipasi kaum proletariat.” Perkembangan kapitalisme selanjutnya telah mengikat erat semua bagian dari planet kita, yang “beradab” dan yang “tidak beradab”, sehingga masalah revolusi sosialis telah sepenuhnya dan secara menentukan mengambil karakter internasional. Birokrasi Soviet mencoba melikuidasi Manifesto Komunis sehubungan dengan masalah fundamental ini. Degenerasi Bonapartis dari negara Soviet adalah sebuah ilustrasi yang mencolok mata dari kekeliruan teori sosialisme di satu negeri.
11. “Ketika, dalam perjalanan perkembangannya, perbedaan-perbedaan kelas telah menghilang, dan semua produksi telah dipusatkan ke dalam tangan sebuah perserikatan luas dari seluruh bangsa, pemerintahan publik akan kehilangan karakter politiknya.” Dalam kata lain, negara akan melayu. Masyarakat akan tetap ada, tetapi bebas dari belenggu negara. Ini tidak lain adalah sosialisme. Teori yang sebaliknya: menguatnya penindasan negara yang menyeramkan di Uni Soviet adalah bukti yang jelas bahwa masyarakat Uni Soviet sedang bergerak menjauhi sosialisme.
12. “Kaum buruh tidak memiliki tanah air.” Kata-kata dari Manifesto Komunis ini sering kali dianggap oleh kaum filistin hanya sebagai sebuah frase agitasi yang pintar. Pada kenyataannya kata-kata ini menyediakan kepada kaum proletariat satu-satunya panduan untuk menjawab masalah “tanah air” kapitalis. Pelanggaran terhadap panduan ini[8] oleh Internasional Kedua[9] tidak hanya menyebabkan empat tahun kehancuran di Eropa[10], tetapi juga stagnasi kebudayaan dunia. Menimbang peperangan baru yang akan datang[11], yang kedatangannya telah dibuka jalannya oleh pengkhianatan Internasional Ketiga, Manifesto Komunis bahkan sekarang masih merupakan panduan yang paling dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan “tanah air” kapitalis.
Dengan ini, kita melihat bagaimana karya bersama dan singkat dari dua penulis ini [Marx dan Engels] terus menyediakan panduan-panduan penting untuk masalah-masalah perjuangan emansipasi yang paling penting dan paling mendesak. Buku lain mana yang dapat dibandingkan dengan Manifesto Komunis? Tetapi ini tidak berarti bahwa setelah 90 tahun perkembangan kekuatan-kekuatan produksi yang tanpa preseden dan perjuangan-perjuangan sosial yang luas, Manifesto Komunis tidak membutuhkan koreksi atau tambahan. Program dan prognosis diuji dan diperbaiki melalui pengalaman, yang merupakan standar ukuran tertinggi untuk penalaran manusia. Manifesto Komunis, juga, membutuhkan koreksi dan tambahan. Akan tetapi, seperti yang telah dibuktikan oleh pengalaman sejarah, koreksi-koreksi dan tambahan-tambahan ini hanya dapat dibuat secara berhasil dengan menggunakan metode yang menjadi fondasi Manifesto Komunis itu sendiri. Kita akan mencoba menjabarkan ini dalam beberapa contoh yang paling penting.
1. Marx mengajarkan bahwa tidak ada sistem sosial yang akan angkat kaki dari arena sejarah sebelum sistem sosial ini menghabiskan seluruh potensi kreativitasnya. Manifesto Komunis mengkritik kapitalisme karena ia menghambat perkembangan kekuatan-kekuatan produksi. Akan tetapi, selama periode itu, dan juga pada dekade-dekade selanjutnya, penghambatan ini hanya bersifat relatif. Bila saja pada paruh kedua abad ke-19 kita bisa mengorganisasi ekonomi secara sosialis, maka tempo pertumbuhan ekonomi akan jauh lebih cepat. Tetapi postulat teoritis yang tak terbantahkan ini tidak menihilkan fakta bahwa kekuatan-kekuatan produksi terus berkembang dalam skala dunia, sampai pada perang dunia [Perang Dunia I]. Hanya pada 20 tahun terakhir, kendati pencapaian sains dan teknologi yang paling modern, kita mulai saksikan epos stagnasi dan bahkan kemunduran ekonomi dunia. Umat manusia mulai menghabiskan kapital yang telah diakumulasinya, sementara perang yang akan datang [Perang Dunia II] mengancam menghancurkan fondasi-fondasi peradaban manusia untuk bertahun-tahun ke depan. Pengarang Manifesto Komunis berpikir bahwa kapitalisme akan dirubuhkan jauh sebelum rejim kapitalis yang relatif reaksioner ini berubah menjadi sebuah rejim yang sungguh-sungguh reaksioner. Perubahan ini mengambil bentuk finalnya di depan mata generasi hari ini, dan mengubah epos kita menjadi epos peperangan, revolusi, dan fasisme.
2. Kekeliruan Marx dan Engels dalam penanggalan historis mengalir, di satu pihak, dari menaksir terlalu rendah kemungkinan-kemungkinan laten dalam kapitalisme, dan, di pihak lain, menaksir terlalu tinggi kematangan revolusioner kaum proletariat. Revolusi 1848[12] tidak berubah menjadi sebuah revolusi sosialis seperti yang diperkirakan oleh Manifesto Komunis, tetapi membuka jalan bagi Jerman untuk perkembangan kapitalis yang luas di masa depan. Komune Paris[13] membuktikan bahwa kaum proletariat, tanpa memiliki kepemimpinan dari sebuah partai revolusioner yang tertempa, tidak dapat merebut kekuasaan dari kaum borjuasi. Sementara, periode kemakmuran kapitalis yang berkepanjangan yang menyusul setelah Komune Paris bukannya membawa edukasi bagi kaum pelopor revolusioner, tetapi justru membawa degenerasi borjuis di antara aristokrasi buruh, yang pada gilirannya menjadi hambatan terutama terhadap revolusi proletariat. Para pengarang Manifesto Komunis tidak mungkin bisa memprediksi “dialektika” ini.
3. Bagi Manifesto Komunis, kapitalisme adalah kerajaan kompetisi bebas. Sementara ia berbicara mengenai konsentrasi kapital yang terus menguat, Manifesto Komunis tidak menarik kesimpulan yang diperlukan mengenai monopoli, yang telah menjadi bentuk kapitalisme yang dominan di epos kita hari ini dan prakondisi yang paling penting bagi ekonomi sosialis. Hanya setelah itu, di dalam Kapital, Marx menjabarkan tendensi transformasi persaingan bebas menjadi monopoli. Lenin-lah yang kemudian memberikan karakterisasi ilmiah terhadap kapitalisme monopoli di dalam bukunya Imperialisme [Imperialisme, Tahapan Tertinggi Kapitalisme].
4. Mendasarkan diri mereka dari contoh “Revolusi Industri” di Inggris, para pengarang Manifesto Komunis menggambarkan proses likuidasi kelas-kelas menengah (pengrajin, pedagang kecil, dan kaum tani) dan proletarianisasi penuh kelas-kelas ini dengan terlalu unilateral. Pada kenyataannya, kekuatan-kekuatan dasar kompetisi sangatlah jauh dari menuntaskan kerja yang progresif dan juga barbar ini. Kapitalisme telah menghancurkan kaum borjuis kecil dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada kemampuannya untuk mengubah mereka menjadi kaum proletar. Lebih lanjut lagi, negara borjuis sejak lama telah mengimplementasi secara sadar kebijakan untuk mempertahankan secara artifisial strata borjuis kecil. Di kutub yang berlawanan, pertumbuhan teknologi dan rasionalisasi industri skala besar menciptakan situasi pengangguran kronik dan menghalangi proletarianisasi kaum borjuis kecil. Pada saat yang sama, perkembangan kapitalisme telah mempercepat secara ekstrem pertumbuhan pasukan teknisi, administrator, pekerja komersial, dalam kata lain apa yang disebut “kelas menengah baru”. Sebagai akibatnya, kelas-kelas menengah ini, yang menurut Manifesto Komunis akan melenyap, membentuk sekitar setengah dari populasi bahkan di Jerman yang sangat terindustrialisasi. Akan tetapi, mempertahankan secara artifisial strata borjuis-kecil yang sudah usang ini sama sekali tidak melunakkan kontradiksi-kontradiksi sosial yang ada. Sebaliknya, ini justru menanam kebencian yang besar di antara strata borjuis kecil, dan bersama-sama dengan pasukan pengangguran permanen [lumpenproletar] mereka adalah ekspresi yang paling gelap dari kebusukan kapitalisme.
5. Ditulis dengan memperkirakan tibanya sebuah epos revolusi, Manifesto Komunis mengandung (pada akhir Bab II) 10 tuntutan yang disesuaikan untuk periode transisi langsung dari kapitalisme ke sosialisme. Di pendahuluan mereka untuk edisi 1872, Marx dan Engels menyatakan bahwa sebagian tuntutan ini sudah usang dan hanya memiliki signifikansi yang sekunder. Kaum reformis menggunakan kata-kata Marx dan Engels ini untuk mengartikan bahwa tuntutan transisional revolusioner telah selamanya digantikan oleh “program minimum” Sosial Demokratik, yang seperti kita ketahui dengan baik tidak melampaui batas-batas demokrasi borjuasi. Pada kenyataannya, para pengarang Manifesto Komunis ini mengindikasikan dengan cukup jelas koreksi utama dari program transisional mereka, yakni, “kelas buruh tidak dapat begitu saja mengambil kendali mesin negara yang sudah ada [baca: mesin negara borjuasi – Pent.] dan menggunakannya untuk kepentingan mereka sendiri.” Dalam kata lain, koreksi ini diarahkan untuk melawan fetisisme terhadap demokrasi borjuasi. Marx kemudian mempertentangkan negara kapitalis dengan negara tipe Komune [Paris]. “Tipe” ini kemudian mengambil bentuk soviet[14] yang lebih jelas. Hari ini tidak akan bisa ada sebuah program revolusioner tanpa soviet dan tanpa kontrol buruh. Sepuluh tuntutan Manifesto Komunis, yang tanpanya “usang” di dalam epos aktivitas parlementer yang damai, hari ini telah sepenuhnya memperoleh kembali signifikansi riil mereka. “Program minimum” Sosial Demokratik, di pihak lain, telah menjadi usang dan menyedihkan.
6. Mendasarkan ekspektasi mereka bahwa “Revolusi borjuis Jerman [pada 1848] … akan menjadi sebuah pembukaan untuk revolusi proletariat yang akan segera menyusulnya,” Manifesto Komunis berbicara mengenai kondisi-kondisi peradaban Eropa yang jauh lebih maju dibandingkan dengan apa yang ada di Inggris pada abad ke-17 dan di Prancis pada abad ke-18, dan perkembangan kaum proletariat yang jauh lebih besar. Kekeliruan prognosis ini bukan hanya pada penanggalan. Revolusi 1848 mengungkapkan dalam waktu beberapa bulan bahwa justru di bawah kondisi-kondisi yang lebih maju ini semua kelas borjuasi tidak mampu menuntaskan revolusi. Kelas borjuasi besar dan menengah terlalu terikat pada para tuan tanah, dan mereka takut terhadap massa rakyat; kelas borjuis kecil terlalu terpecah-pecah dan kepemimpinannya terlalu tergantung pada borjuasi besar. Seperti yang telah dibuktikan oleh seluruh perkembangan di Eropa dan Asia yang selanjutnya, revolusi borjuis dalam dirinya sendiri sudah tidak bisa lagi dituntaskan. Penghapusan seluruh sampah feodal dari masyarakat hanya mungkin terjadi bila kaum proletariat, yang bebas dari pengaruh partai-partai borjuis, dapat memimpin kaum tani dan membangun kediktatoran revolusioner. Dengan ini maka revolusi borjuis menjadi terjalin dengan tahapan pertama revolusi sosialis, dan selanjutnya menjadi bagian di dalamnya. Revolusi nasional dengan demikian menjadi sebuah mata rantai dari revolusi dunia. Transformasi fondasi ekonomi dan semua relasi-relasi sosial mengambil karakter yang permanen (tak terinterupsi).
Bagi partai-partai revolusioner di negeri-negeri terbelakang di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, sebuah pemahaman yang jelas mengenai hubungan organik antara revolusi demokratik dan kediktatoran proletariat – dan oleh karenanya, revolusi sosialis internasional – adalah masalah hidup-mati.
7. Manifesto Komunis menjelaskan bagaimana kapitalisme menarik negeri-negeri terbelakang dan barbar ke dalam pusarannya. Akan tetapi Manifesto Komunis tidak berbicara mengenai perjuangan kemerdekaan negeri-negeri kolonial dan semi-kolonial. Sejauh Marx dan Engels mempertimbangkan revolusi sosial “di negeri-negeri beradab yang utama setidaknya” sebagai sesuatu yang akan terjadi dalam waktu beberapa tahun ke depan, masalah kolonial akan terpecahkan secara otomatis bagi mereka, bukan sebagai konsekuensi dari gerakan kemerdekaan dari bangsa-bangsa yang terjajah ini tetapi sebagai konsekuensi dari kemenangan kelas proletariat di pusat-pusat kapitalisme. Masalah strategi revolusioner di negeri-negeri kolonial dan semi-kolonial oleh karenanya tidak disentuh sama sekali oleh Manifesto Komunis. Namun masalah ini menuntut solusi tersendiri. Contohnya, cukup jelas bahwa “tanah air nasional” telah menjadi hambatan sejarah yang paling beracun di negeri-negeri kapitalis maju, akan tetapi masalah “tanah air nasional” masih merupakan sebuah faktor yang secara relatif progresif di negeri-negeri terbelakang yang terdorong untuk berjuang demi kemerdekaan mereka.
“Kaum Komunis dimana pun mendukung setiap gerakan revolusioner yang melawan tatanan sosial dan politik yang ada,” tulis Manifesto Komunis. Gerakan ras-ras berwarna dalam melawan penindas imperialis mereka adalah salah satu gerakan yang paling penting dan kuat dalam melawan tatanan yang ada dan oleh karenanya menuntut dukungan yang penuh, tanpa kondisi, dan tak terbatas dari kaum proletariat kulit putih. Lenin adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengembangkan strategi revolusioner bagi bangsa-bangsa atau nasionalitas-nasionalitas tertindas.
8. Bagian yang paling tua dan usang dari Manifesto Komunis – bukan dalam hal metode tetapi dalam hal materi – adalah kritiknya terhadap literatur-literatur “sosialis” pada paruh pertama abad ke-19 (Bab III) dan definisi posisi kaum Komunis dalam hubungannya dengan berbagai partai-partai oposisi (Bab IV). Gerakan-gerakan dan partai-partai yang dijabarkan di Manifesto Komunis sudah tersapu habis oleh revolusi 1848 atau kontra-revolusi yang menyusulnya, sehingga kita hanya dapat mencari nama mereka sekarang di kamus sejarah. Akan tetapi, di dalam bagian ini, Manifesto Komunis mungkin lebih dekat dengan kita sekarang dibandingkan pada generasi sebelumnya. Selama epos memekarnya Internasional Kedua, ketika Marxisme tampaknya mendominasi, gagasan-gagasan sosialisme pra-Marxis dapat dianggap telah terkubur dalam-dalam di masa lalu. Sekarang ini telah berubah. Bangkrutnya Sosial Demokrasi dan Komunis Internasional di setiap langkah telah menyebabkan kemunduran ideologi yang mengerikan. Pikiran yang uzur tampaknya telah menjadi kekanak-kanakan. Guna mencari formula yang dapat menjawab semua pertanyaan, para nabi dari epos kemunduran ini menemukan kembali doktrin-doktrin yang telah lama dikubur oleh sosialisme ilmiah.
Mengenai masalah partai-partai oposisi, dalam ranah inilah dekade-dekade yang sudah lewat ini telah memperkenalkan perubahan-perubahan yang paling dalam. Partai-partai yang lama bukan hanya telah disingkirkan oleh partai-partai yang baru, tetapi karakter partai-partai ini dan relasi di antara mereka juga telah berubah secara radikal di bawah kondisi-kondisi epos imperialisme. Manifesto Komunis oleh karenanya harus disuplemen dengan dokumen-dokumen terpenting dari empat kongres pertama Komunis Internasional, karya-karya utama Bolshevisme, dan keputusan-keputusan dari konferensi-konferensi Internasional Keempat[15].
Kita telah mengatakan di atas bahwa menurut Marx tidak ada tatanan sosial yang akan meninggalkan arena sejarah sebelum menghabiskan potensi-potensi yang laten di dalamnya. Akan tetapi, bahkan sebuah tatanan sosial yang usang tidak akan meninggalkan panggung sejarah tanpa perlawanan. Perubahan rejim sosial mensyaratkan bentuk perjuangan kelas yang paling keras, yakni revolusi. Bila kaum proletariat, untuk satu alasan atau lainnya, terbukti tidak mampu menumbangkan tatanan borjuasi yang sudah uzur ini dengan sebuah pukulan yang tegas, maka kapital finans dalam usahanya untuk mempertahankan kekuasaannya yang tidak stabil akan menggunakan kaum borjuis kecil yang sudah hancur dan terdemoralisasi olehnya dan mengubahnya menjadi pasukan fasis. Degenerasi borjuis dari Sosial Demokrasi dan degenerasi fasis dari kaum borjuis kecil adalah dua hal yang saling terkait sebagai sebab dan akibat.
Di periode sekarang ini, Internasional Ketiga menipu dan meremukkan semangat rakyat pekerja di semua negeri, dan ia melakukan kerja ini dengan jauh lebih ceroboh dibandingkan dengan Internasional Kedua. Dengan membantai kaum pelopor proletariat Spanyol, para agen-agen bayaran Moskow tidak hanya membuka jalan bagi fasisme tetapi mereka juga membantu kerja kaum fasis. Krisis revolusi internasional yang berkepanjangan, yang semakin berubah menjadi krisis peradaban manusia, pada akhirnya dapat direduksi ke krisis kepemimpinan revolusioner.
Sebagai pewaris tradisi yang maha besar, di mana Manifesto Komunis adalah mata rantai terpenting dari tradisi ini, Internasional Keempat sedang mendidik kader-kader baru untuk menghadapi tugas-tugas lama. Teori adalah realitas yang digeneralisasi. Di dalam sebuah sikap yang jujur terhadap teori revolusioner terekspresikan sebuah keinginan yang penuh semangat untuk membangun kembali realitas sosial. Di bagian selatan Benua Hitam [Afrika], para kamerad kita adalah yang pertama menerjemahkan Manifesto Komunis ke dalam bahasa Afrikaan, dan ini adalah ilustrasi yang jelas bahwa pemikiran Marxis terus menyala hari ini hanya di bawah panji Internasional Keempat. Masa depan adalah miliknya. Ketika ulang tahun ke-100 Manifesto Komunis dirayakan, Internasional Keempat akan sudah menjadi kekuatan revolusioner yang menentukan di planet ini.[16] ***
Catatan